Monday, December 29, 2008
Selamat............
Bagi kaum muslimin/ muslimat : Selamat tahun baru islam 1 Muharram 1430 Hijriyah
Bagi penganut agama kristiani : Selamat natal
Bagi seluruhnya : Selamat tahun baru 2009 M
Tuesday, December 09, 2008
9 atau 10 ???
Kalau itu adalah hasil ujian, pasti saya memilih 10. Tapi yang itu, maksudnya bukan hasil ujian, melainkan ICD IX atau ICD X ? Hal inilah yang membingungkan para pengelola SIK dan Kepala Seksi Puskesmas Dinkes Kab/Kota di Sulsel pada pertemuan koordinasi pengembangan Sistem Informasi Puskesmas yang diselenggarakan di Kota Pare-Pare tanggal 2-3 Desember 2008.
Bagaimana tidak bingung........, ketika Kepala Bagian Tata Usaha Dinkes Prov. Sulsel presentasi, Beliau menjelaskan bahwa berdasarkan Kepmenkes No. 50/Menkes/SK/I/1998 tentang pemberlakuan ICD X pada rumah sakit dan puskesmas. "Jadi mulai sekarang, kita sepakat menggunakan ICD X di puskesmas", kata Kabag TU.
Tetapi........................
Setelah Kabag TU keluar ruangan, Kepala Seksi Puskesmas Dinkes Prov. Sulsel masuk dan merangkum hasil pertemuan, salah satu diantaranya adalah : "sekarang kita tetap menggunakan ICD IX, nanti Kab/Kota yang mengkoversi ke ICD X, Pusdatin yang menjanjikan software untuk itu".
Namun sebelum rangkuman tersebut, sempat saya bertanya kepada peserta (sekedar ingin tahu).
Saya : "siapakah diantara bapak dan ibu yang pernah melihat dokumen ICD IX ?" Kasi Puskesmas menjawab : "Ada saya bawa". Saya : "Yang tebalnya lebih dari 300 halaman?" Kasi puskesmas : Oh bukan, ini.............
Ternyata yang dibawa Kasi Puskesmas itu adalah format LB1 bagian dari SP2TP, itulah yang dianggap ICD IX.
Pertanyaan saya sekarang kepada siapa saja yang membaca tulisan ini : Apakah anda ada yang memiliki dokumen ICD IX ?????? Minta dong !!!!! Sekedar koleksi...... karena saya sudah punya dokumen ICD X.
Di tempat yang terpisah, yaitu pada seminar pengembangan SIKDA Dinkes DI Yogya tanggal 9 Desember 2008, saya bertanya kepada Kepala Pusdatin Depkes RI, "ICD IX atau ICD X yang digunakan di puskesmas ? Beliau menjawab " ICD X masih sulit digunakan di puskesmas karena terlalu rinci dan harus melalui pemeriksaan laboartorium. Lagian kalau menggunakan ICD X, berapa puluh ribu puskesmas yang akan dilatih untuk penggunaan ICD X tersebut. Jadi sekarang pakai saja format LB1dari SP2TP itu, tugas kab/kota yang mengkonversi ke ICD X (kata Kapusdatin).
Setujukah anda ?????????? Koq format tidak lengkap mau dikonversi ke dokumen yang sangat lengkap, tetap aja muncul penyakit lain2 yang terbanyak.
Ternyata yang bingung, bukan hanya orang daerah, tetapi orang pusat juga bingung. Buktinya, yang menyusun/mengeluarkan Kepmenkes tentang penggunaan ICD X adalah pusat, tetapi yang meragukan juga orang pusat.
Jogger : Kepala memang terkadang pusing, kalau tidak mau pusing jangan jadi kepala.
Bagaimana tidak bingung........, ketika Kepala Bagian Tata Usaha Dinkes Prov. Sulsel presentasi, Beliau menjelaskan bahwa berdasarkan Kepmenkes No. 50/Menkes/SK/I/1998 tentang pemberlakuan ICD X pada rumah sakit dan puskesmas. "Jadi mulai sekarang, kita sepakat menggunakan ICD X di puskesmas", kata Kabag TU.
Tetapi........................
Setelah Kabag TU keluar ruangan, Kepala Seksi Puskesmas Dinkes Prov. Sulsel masuk dan merangkum hasil pertemuan, salah satu diantaranya adalah : "sekarang kita tetap menggunakan ICD IX, nanti Kab/Kota yang mengkoversi ke ICD X, Pusdatin yang menjanjikan software untuk itu".
Namun sebelum rangkuman tersebut, sempat saya bertanya kepada peserta (sekedar ingin tahu).
Saya : "siapakah diantara bapak dan ibu yang pernah melihat dokumen ICD IX ?" Kasi Puskesmas menjawab : "Ada saya bawa". Saya : "Yang tebalnya lebih dari 300 halaman?" Kasi puskesmas : Oh bukan, ini.............
Ternyata yang dibawa Kasi Puskesmas itu adalah format LB1 bagian dari SP2TP, itulah yang dianggap ICD IX.
Pertanyaan saya sekarang kepada siapa saja yang membaca tulisan ini : Apakah anda ada yang memiliki dokumen ICD IX ?????? Minta dong !!!!! Sekedar koleksi...... karena saya sudah punya dokumen ICD X.
Di tempat yang terpisah, yaitu pada seminar pengembangan SIKDA Dinkes DI Yogya tanggal 9 Desember 2008, saya bertanya kepada Kepala Pusdatin Depkes RI, "ICD IX atau ICD X yang digunakan di puskesmas ? Beliau menjawab " ICD X masih sulit digunakan di puskesmas karena terlalu rinci dan harus melalui pemeriksaan laboartorium. Lagian kalau menggunakan ICD X, berapa puluh ribu puskesmas yang akan dilatih untuk penggunaan ICD X tersebut. Jadi sekarang pakai saja format LB1dari SP2TP itu, tugas kab/kota yang mengkonversi ke ICD X (kata Kapusdatin).
Setujukah anda ?????????? Koq format tidak lengkap mau dikonversi ke dokumen yang sangat lengkap, tetap aja muncul penyakit lain2 yang terbanyak.
Ternyata yang bingung, bukan hanya orang daerah, tetapi orang pusat juga bingung. Buktinya, yang menyusun/mengeluarkan Kepmenkes tentang penggunaan ICD X adalah pusat, tetapi yang meragukan juga orang pusat.
Jogger : Kepala memang terkadang pusing, kalau tidak mau pusing jangan jadi kepala.
Monday, December 08, 2008
Tena battang kekke
Kata-kata itulah yang mungkin muncul hari ini, yaitu hari raya qurban. Hari raya qurban sangat identik dengan makan-makan. Setiap rumah yang didatangi, pasti menyajikan makanan. Rupa-rupa makanannya sangat beragam, yang jelasnya pasti ada daging.
Judul tulisan ini sangat berkaitan dengan persoalan makan-makan. Karena hari raya ied, berhubungan dengan silaturrahmi dengan keluarga, tetangga. Budaya orang Bugis- Makassar, sampai dengan 7 hari setelah hari raya ied, masih selalu menyajikan tetamunya dengan berbagai macam makanan. Tetapi puncaknya adalah hari ini, perut terasa buncit (cillaki podeng) nakana mangkasaraka " tena battang kekke" yang artinya " tidak ada perut yang robek karena makanan".
Judul tulisan ini sangat berkaitan dengan persoalan makan-makan. Karena hari raya ied, berhubungan dengan silaturrahmi dengan keluarga, tetangga. Budaya orang Bugis- Makassar, sampai dengan 7 hari setelah hari raya ied, masih selalu menyajikan tetamunya dengan berbagai macam makanan. Tetapi puncaknya adalah hari ini, perut terasa buncit (cillaki podeng) nakana mangkasaraka " tena battang kekke" yang artinya " tidak ada perut yang robek karena makanan".
Berfikir Sistem
Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan (Mc Leod).
Salah satu gambar contoh pada sekelompok elemen2, seperti berikut :
Beberapa gambar onggokan sepeda yang telah dipisah2 guna memberikan contoh suatu kelompok atau bagian2 yang membutuhkan kerjasama atau hubungan untuk dapat difungsikan. Dengan sade saja, hanya dapat diduduki saja. Dengan roda satu saja, hanya dapat didorong2 saja. Dengan pegangan saja, hanya dapat dipegang2 saja. Artinya suatu bagian/ komponen/ elemen yang masih terpisah tanpa hubungan dan kerjasama, maka belum bisa berarti/ berfungsi apa2.
Coba bandingkan gambar berikut :
Gambar ini mengajak kita berfikir bahwa ternyata dari beberapa onggokan2 onderdil sepeda yang disatukan akan menimbulkan keterkaitan, hubungan dan kerjasama untuk dapat dinaiki sambil diroda bergerak dengan rodanya sehingga dapat diarahkan melalui pegangannya untuk menuju kemana saja yang dituju. Ini adalah salah satu contoh berfikir sistem.
Cara berfikir sistem, bukan menguraikan masalah kompleks menjadi lebih sederhana, tetapi melihat dari jarak yang lebih jauh sehingga keterkaitan yang kompleks di antara subsistem tetap terlihat.
Banyak orang yang sangat fasih mengatakan sistem, tapi bagaimana sih itu wujudnya ? Prof Hari K berkata, sistem ada di dunia nyata, sehingga harus ditemukan, dirancang dan dimanipulasi, hanya ada di dalam pikiran dan merupakan konstruksi mental untuk didialogkan.
Manfaat berfikir sistem menurut beliau, yaitu dapat memberi pemahaman atas keterkaitan elemen-elemen yang mempengaruhi kinerja organisasi, menjadi bahasa bersama untuk dialog tentang struktur dan proses sistem, memetakan apa yang dipahami bersama.
Salah satu gambar contoh pada sekelompok elemen2, seperti berikut :
Beberapa gambar onggokan sepeda yang telah dipisah2 guna memberikan contoh suatu kelompok atau bagian2 yang membutuhkan kerjasama atau hubungan untuk dapat difungsikan. Dengan sade saja, hanya dapat diduduki saja. Dengan roda satu saja, hanya dapat didorong2 saja. Dengan pegangan saja, hanya dapat dipegang2 saja. Artinya suatu bagian/ komponen/ elemen yang masih terpisah tanpa hubungan dan kerjasama, maka belum bisa berarti/ berfungsi apa2.
Coba bandingkan gambar berikut :
Gambar ini mengajak kita berfikir bahwa ternyata dari beberapa onggokan2 onderdil sepeda yang disatukan akan menimbulkan keterkaitan, hubungan dan kerjasama untuk dapat dinaiki sambil diroda bergerak dengan rodanya sehingga dapat diarahkan melalui pegangannya untuk menuju kemana saja yang dituju. Ini adalah salah satu contoh berfikir sistem.
Cara berfikir sistem, bukan menguraikan masalah kompleks menjadi lebih sederhana, tetapi melihat dari jarak yang lebih jauh sehingga keterkaitan yang kompleks di antara subsistem tetap terlihat.
Banyak orang yang sangat fasih mengatakan sistem, tapi bagaimana sih itu wujudnya ? Prof Hari K berkata, sistem ada di dunia nyata, sehingga harus ditemukan, dirancang dan dimanipulasi, hanya ada di dalam pikiran dan merupakan konstruksi mental untuk didialogkan.
Manfaat berfikir sistem menurut beliau, yaitu dapat memberi pemahaman atas keterkaitan elemen-elemen yang mempengaruhi kinerja organisasi, menjadi bahasa bersama untuk dialog tentang struktur dan proses sistem, memetakan apa yang dipahami bersama.
Subscribe to:
Posts (Atom)