Friday, March 09, 2007

Bagaimana Mengintegrasi Beberapa Software SIK yang Berbeda ?

Departemen Kesehatan saat ini mempunyai berbagai Sistem Informasi Kesehatan yang berkembang sejak lama, tetapi satu dengan lain tidak terintegrasi. Permasalahan yang dihadapi saat ini antara lain, Sistem informasi yang ada kebanyakan masih terfragmentasi, hal ini ditandai dengan adanya berbagai macam sistem informasi (produk pusat) yang digunakan di provinsi maupun kabupaten/ kota untuk masing-masing pada programnya saja.

Beberapa sistem seperti yang dimaksud di atas, antara lain :

1. Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS)

Sistem ini adalah produk Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI, yang dikelola oleh Puskesmas di seluruh Indonesia. Tetapi sistem ini sudah tidak banyak lagi puskesmas yang menggunakannya sampai saat sekarang. Melainkan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota masing-masing berusaha membangun sistem informasinya sendiri-sendiri, mungkin karena pengaruh perkembangan teknologi informasi.

2. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

Hampir semua rumah sakit di daerah membangun sistem informasinya sendiri (sistem komputerisasi dengan softwarenya masing-masing).

3. Sistem Surveilans Terpadu (SST)

Sistem ini adalah produk dari Dirjen P2PL Depkes RI. Cara kerjanya adalah dengan sistem manual secara terformat yang dituangkan dalam laporan.

4. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Sistem ini dikerjkan secara manual juga dan merupakan format dari pusat.

5. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan

a. Kepegawaian Kesehatan

Ada yang menamakan SIMKA dan adapula yang menamakan SIMPEG. Sistem ini rata-rata dibangun atas inisiatif daerah masing-masing dengan komputerisasi dan software.

b. Pendidikan Tenaga Kesehatan

Sedangkan sistem pencatatan tenaga kesehatan, masih rata-rata menggunakan sistem pencatatan manual.

6. Sistem informasi Obat

Sistem ini adalah produk dari Dirjen Farmasi Depkes Pusat, yang digunakan di Gudang Farmasi kabupaten/ kota dan provinsi.

7. Sistem Pencatatan Data Inventori Kesehatan

Sedangkan sistem ini adalah produk kerjasama antara Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI (komputerisasi dan software).

Keseluruhan sistem informasi di atas mempunyai kecenderungan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan cara dan format pelaporan sendiri. Sebagai akibatnya unit operasional yang melaporkan menjadi terbebani dan akibatnya data yang dikirimkan selalu terlambat, kurang akurat, dan sulit pengumpulannya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, dapatkah dibuat satu software yang dapat mengintegrasikan dari beberapa sub sistem di atas walaupun software dan strukturnya berbeda ?

Saran saya :

1. Mungkin Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI perlu membuat satu software yang dapat mengintegrasikan dari beberapa sistem informasi kesehatan tersebut.

2. Ataukah semua software produk pusat yang dioperasikan di daerah sampai puskesmas dicabut, kemudian dibiarkan kabupaten/ kota mengembangkan software sendiri ? Kemudian Pusat dan provinsi menyusun standarisasi struktur database yang bisa menjadi rujukan kabupaten/ kota.

3. Ataukah Depkes membangun satu sistem informasi kesehatan secara terpadu secara keseluruhan, terintegrasi, komputerisasi, dan database individu.

4. Ataukah ..............................