Monday, November 12, 2007

KAPAN SIMKES-06 KUMPUL KEMBALI

Pertemuan di puncak Kaliurang adalah pertemuan terakhir mahasiswa Simkes-06 secara bersama-sama. Kami rindu keadaan seperti itu lagi, terasa seperti saudara semua. Setelah lima bulan kami tinggalkan kampus UGM sejak Mei 2007, kini (November 2007) saya muncul kembali, sedih rasanya karena kami hanya ber enam yang sering ketemu. Aduh..... kemana yang lainnya. Mereka ternyata pada mudik.


Gambar ini adalah salah satu bukti kegembiraan kami sedang berjoget bersama tanpa kecuali harus tampil menyanyi secara bergiliran yang dipandu oleh Si Ical.
Dengan turunnya Mas Dwi, menantang semua teman harus ikut berjoget.




Setelah acara joget ria dilanjutkan dengan pembakaran api unggun dengan menyanyikan lagu kebersamaan sambil melingkar saling bergandengan tangan dan diiringi puisi oleh mba Jelita bergantian mba Vera.




Keesokan harinya kami mendaki gunung jiwo dengan tujuan ingin melihat gunung merapi, tetapi siapa sangka kalau mba Vera dengan bodi yang sehat bisa pngsan saat mendaki gunung. Terpaksa konsentrasi untuk melihat gunung merapi dialihkan untuk menggotong mba Vera turun gunung.
Untung dengan bantuan warga setempat mba Vera dibawa ke mess Dinkes Prov. Yogya sehat kembali.
Hai teman2, UGM merindukanmu, kembalilah ke Yogya, kumpul2 lagi yuk. Makan jagung di kost Pak Il Afra.
Kami tunggu ya............................................

Wednesday, October 31, 2007

KESEHATAN YANG OPTIMAL

Sehat yang optimal yaitu seseorang yang mempunyai kondisi stamina tinggi, daya tahan tubuh tinggi sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif selama mungkin.

Untuk mencapai sehat yang optimal, ada beberapa aspek yang harus kita lakukan , antara lain :

1. Apakah anda selalu optimis.
2.
Bagaimana anda menjaga tubuh dengan melakukan istirahat min 6 jam/ hari.
3.
Apakah anda minum susu min 1 gelas/ hari.
4.
Apakah anda berolah raga min 4 kali/ minggu (min 45 menit).

Empat faktor pertanyaan ini dapat membuat kita sehat secara optimal.

1. Psikis, banyak orang yang mengira bahwa kalau berfikir tidak mempunyai dampak terhadap kesehatannya, padahal akan mempengaruhi daya tahan tubuh dan stamina.

2. Beristirahat

Tubuh kita ini seperti mesin. Aktifitas kita setiap hari mengakibatkan kerusakan-kerusakan kecil. Tidak bisa terdeteksi apa yang terjadi pada tubuh kita tiap hari. Misalnya kalau kita tidak tidur semalam, maka tidak ada kesempatan tubuh untuk mereparasi kerusakan tubuh yang minor, karena pada saat tidur, tubuh kita memproduksi beberapa jenis zat yang ada dalam tubuh kita yang tujuannya untuk reparasi. Nah, kalau tidak tidur 6 jam per hari (dewasa) maka reparasi ini tidak terjadi. Kerusakannya masih minor, biasanya kita belum merasakan. Tapi besoknya ada keruskan minor lagi, artinya sedikit demi sedikit akan menjadi kerusakan mayor.

Tidur itu sangat penting, 6 jam (dewasa) dan 8 jam (anak-anak) per hari. Anak-anak lebih penting lagi karena masih perlu tumbuh, hormon pertumbuhan hanya dirilis dalam aliran darah pada saat tidur. Jika anak tidak tidur, maka hormon pertumbuhan tidak keluar, dan jika hormon tidak keuar, maka pertumbuhan anak-anak tersendat-sendat.

Orang dewasa jangan sampai tidur lebih dari 8 jam per hari, karena jika kebablasan 10 atau 1 jam per hari, maka setelah bangun akan terasa sakit kepala, lemas, capek. Tidur terlalu lama akan mengakibatkan metabolisme kita turun terlalu rendah.

3. Pola Makan

Kalau mau sehat secara optimal, maka yang masuk dalam tubuh kita menentukan. Anda makan tidak sehat, tubuh kita tidak memberikan yang maksimal. Organ tubuh kita tidak berfungsi optimal kalau bahan mentahnya tidak ada.Dan yang terpenting adalah mengatur kebiasan makan. Misalnya :

Pagi : makan buah dan susu.
Siang : makan nasi, daging dll (yang selalu kita makan selama ini).
Malam : Makan buah dan susu.

Biasakan tidak makan setelah lewat jam 19.00, karena tubuh membutuhkan istirahat.

4. Bahan Mentahnya apa ?

a. Makro, terdiri dari karbohidrat, protein, lemak dalam jumlah besar.

b. Mikro, terdiri dari mineral dan vitamin.

Iutlah bahan mentahnya agar organ tubuh kita dapat berfungsi. Jika Organ tubuh tidak dapat berfungsi normal, tidak ada perbaikan, ada kerusakan kemudian makanannya tidak sehat, lama kelamaan tubuh menjadi sakit.

c. Olah raga

Tubuh kita ini seperti mesin, jika tidak pernah bergerak maka akan berkarat. Contoh, jika anda punya mobil BMW seri terbaru, coba parkir saja di garasi selama 2 tahun, jangan dipanasi mesinnya. Periksa setelah 2 tahun, pasti tidak dapat berfungsi seperti yang kita harapkan, seperti juga halnya dengan tubuh kita.

Empat hal di atas sama pentingnya, harus secara baik kita lakukan untuk mendapatkan kesehatan optimal. Kalau bicara tentang kesehatan optimal, mau tidak mau kita sebetulnya bicara ibarat bom waktu.

Dalam tubuh kita masing-masing ada namanya bom waktu. Sekarang ini sudah mulai menyala bom, cuma belum meledak saja. Namanya juga waktu, tinggal menunggu waktu. Sebagian dari kita mungkin meledak besok atau lusa. Siapa yang tahu, sebagiannya lagi mungkin minggu depan, bulan depan, tahun depan, 5 tahun kedepan atau kapan saja. Masalahnya kita tidak penah tahu kapan bom kita meledak. Oleh karena itu kita buat sebisa mungkin supaya bomnya mati, jangan sampai meledak. Bom waktu dalam hal ini, adalah kita bicara mengenai penyakit. Sekaitan dengan bom ini, seperti penyakit degeneratif, yaitu jantung koroner, kanker, gagal ginjal, lever, osteoporosis,itu adalah satu dari sekian penyakit degeneratif.

Orang terkena serangan jantung pada usia 45 tahun, bukan karena orang tersebut terkena penyakit jantung pada usia tersebut, tetapi kondisi penyakit jantung itu sudah lama. Dan bahkan mungkin disebabkan lebih lama lagi pada saat usia 10, 11, 12 tahun atau kapan saja. Pola makan, gaya hidup terus menerus negatif, tidak baik, akhirnya pada usia 45 tahun terkenalah serangan jantung. Inilah namanya penyakit degeneratif. Begitu muncul dalam tubuh manusia sulit sekali untuk disembuhkan 100 %. Orang yang pernah diserang penyakit jantung sulit untuk kembali hidup seperti semula, begitupun kanker, diabetes dll. Inilah bom waktu kita.

Hal tersebut di atas dipicu oleh lima hal, antara lain :

1. Mengkomsumsi terlalu banyk karbohidrat (nasi, kentang, mie, roti dll)

Jika makan nasi satu rantang, lauknya Cuma sedikit. Karbohidrat dengan kualitas rendah banyak mengandung gula. Kalau mengkonsumsi karbohidrat terlalu banyak, maka gula darah kita akan naik, apalagi kalau karbohidratnya berkulitas rendah, gula darah akan sangat cepat naik. Jika terus menerus gula darahnya tinggi, tubuh kita akan memproduksi insulin berlebihan, lama kelamaan sensitivitas sel kita makin rendah yang diakibatkan karena insulinnya selalu tinggi, akhirnya insulin kita tidak ampuh lagi. Sedangkan kita membutuhkan insulin yang banyak untuk mengambil gula dalam darah. Yang memproduksi insulin dalam tubuh kita adalah pankreas. Jika pankreas diporsir untuk meproduksi insulin terus menerus karena makan karbohidrat yang banyak dan tidak sensitive dengan insulin, maka yang terjadi adalah pankreas menjadi rusak. Kalau pankreas rusak, maka insulin tidak diproduksi, terjadilah non insulin dependen diabetes (penyakit gula), yaitu pembunuh nomor 5 dunia. Penyakit gula adalah ibu dari segala penyakit, yaitu dapat mengakibatkan diabetes, buta, amputasi, penyakit jantung, gagal ginjal dll.

2. Makan ikan laut

Ikan laut dapat memproduksi asam lemak esensial, sedangkan mahluk hidup lainnya sebagian tidak terapat, kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit. Asam lemak esensial yang terkandung pada ikan laut adalah OMEGA 3.Omega 3 adalah lemak, tetapi bukan lemak biasa.

Mengkonsumsi lemak biasa dalam jumlah banyak akan meningkatkan berat badan, meningkatkan trigliserid, dan dapat menyumbat pembuluh darah. Tetapi jika tidak menkonsumsi asam lemak esensial sama sekali, maka akan mati lebih cepat. Tidak semua lemak itu jelek Salah satu asam lemak esensial yang harus masuk ke dalam tubuh kita adalah OMEGA 3. Omega 3 diproduksi oleh ikan laut, olehnya itu minimal 3 – 4 kali seminggu mengkonsumsi ikan laut (Ranti Angkasa).

Fungsi omega 3 dalam tubuh adalah sebagai berikut :

- Akan menjalankan fungsi susunan syaraf.
-
Anti radang
-
Anti infeksi
-
Anti inflamasi
-
Dapat membersihkan pembuluh darah
-
Anti kanker
-
Mempertahankan tekanan darah, kadar kolesterol dan trigliserid sehingga menjaga kesehatan jantung.

Contoh :

· Penyakit asma (radang dan infeksi)
· Rematik dan asam urat (radang dan inflamasi)

Makan ikan laut tidak dianjurkan untuk digoreng, karena minyak yang digunakan untuk menggoreng itu mengandung omega 6. Jika ikan digoreng, maka omega 3 yang dikandung menjadi rusak dan yang tersisa adalah omega 6. Kalau omega 6 masuk ke dalam tubuh, mengakibatkan kulit sel dalam tubuh kita menjadi keras dan tebal sehingga sulit ditembus.

3. Makan Buah dan Sayur

Buah dan sayur dapat memberikan unsur yang dapat mengalahkan zat-zat jelek yang masuk dalam tubuh.

4. Minum Susu

Menurut Ranti Angkasa, Sebainya minum 3 gelas susu setiap hari, karena tubuh kita menuntut asupan kalsium750 cc setiap hari. Kalsium dibutuhkan pada tulang, karena 3 – 4 bulan terjadi daur ulang. Kalau tidak ada pengantinya, maka tulang kita akan keropos.

Sumber : Rekaman kaset presentasi Ranti Angkasa (Ahli gizi) yang didiskpsikan oleh Sudarianto

Anda butuh omega 3 tanpa mengkonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak ? Tersedia suplemen SALMON OMEGA 3 dari Nutrilite yang dijual secara sistem jaringan seharga Rp. 356.000 untuk 90 kapsul . Hubungi Hp. 085242064468.

Sunday, March 18, 2007

SEMINAR SEHARI ASPEK ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH

Minat Kebijakan Manajemen Pelayanan Kesehatan bekerjasama dengan konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan mengadakan seminar sehari tentang Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia dalam Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah pada hari Sabtu 17 Maret 2007 di gedung Ismangoen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang dibuka oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada: Prof. Dr. Hardyanto Soebono, SpKK.

Seminar itu terdiri dari 3 (tiga) sesi, seperti berikut :

Sesi I dimoderatori oleh dr Riris Andono Ahmad, MPH dengan pembicara sebagai berikut :
1. DR. Bambang Hartono, SKM, M.Sc (Kepala Pusat Data dan Informasi Kesehatan Departemen Kesehatan RI).
Materi: Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
2. Prof. Dr. Hari Kusnanto, Dr.PH (Direktur Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM).
Materi : Benarkah Pengembangan SIKDA saat ini lebih berorientasi teknis dan pragmatis semata ?
3. Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD (Ketua Minat Kebijakan Manajemen Pelayanan Kesehatan).
Materi: Aspek Organisasi dalam Pegembangan SIKDA : Struktural, fungsional atau bentuk ?

DR. Bambang Hartono, SKM, M.Sc menekankan bahwa :
Dalam sistem kesehatan adalah terdiri dari beberapa sub sistem, antara lain pembiayaan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, SDM kesehatan, upaya kesehatan, obat / perbekalan kesehatan dan manajemen kesehatan. Menurut beliau diantara sub sistem tersebut, manajemen kesehatanlah yang harus dibenahi sekarang karena disinilah yang mengatur hubungan antara sub sistem yang ada sehingga menjadi satu kesatuan.
Yang terjadi di Depkes sampai ke bawah adalah semua unit bekerja mengumpulkan data, sementara Pusdatin juga mengumpulkan data, akhirnya pekerjaan pengumpulan data terjadi tumpang tindih, dan datanya tidak sama.
Pusat Data Depkes RI akan membangun jaringan antar Ditjen, Pusat dan lain-lain di tingkat pusat, provinsi sampai ke kabupaten/ kota. Sedangkan antara unit di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota diserahkan ke Pemda masing-masing.
Pemindahan data dari existing system terintegrasi dilakukan secara bertahap dimulai pada 2007 dan seterusnya.
Dan Prof. Dr. Hari Kusnanto, Dr.PH menegaskan bahwa :
Sistem Informasi Kesehatan Daerah salah nama ? Semestinya Sistem Informasi Kesehatan Penduduk di daerah.
Beliau juga mengatakan bahwa pembangunan SIKDA sebaiknya dimulai dari MINDSETnya, karena informasi adalah merupakan budaya, sedangkan budaya informasi dapat berubah jika MINDSET dapat berubah.

Dan Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD menegaskan bahwa :
Berbagai macam proyek pengembangan sistem informasi sudah dilaksanakan oleh pusat sampai ke daerah namun kemudian terjadi kemacetan karena sulit dijalankan, atau ketika proyek masih berjalan sistem masih terpakai, namun ketika proyek selesai maka berhentilah sistem. Akhirnya berbagai batu nisan proyek dalam bentuk hardware dan software yang tidak terpakai.
SIK tidak dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan dan lembaga-lembaga yang mempunyai misi masing-masing.
Diharapkan tidak membuat proyek sistem informasi kesehatan di provinsi atau kabupaten/ kota sebelum ada penataan sistem kesehatan wilayah/ daerah.
Sistem informasi kesehatan sebaiknya dikelola oleh satu unit yang bersifat lintas bidang, supporting, dan didukng oleh tenaga fungsional.

Sesi II dimoderatori oleh Surahyo, B.Eng, M.Eng Sc dengan pembicara sebagai berikut :
1. Anis Fuad, DEA (Dosen SIMKES IKM FK UGM).
Materi: Prospek dan strategi penerapan jabatan fungsional pranata komputer organisasi kesehatan.
2. Djemingin Pamungkas, S.Pd, M.Kes
Materi : Model Sistem Insentif bagi tenaga fungsional SIKDA
3. dr. Dwi Handono Sulistyo, M.Kes
Materi : Peran Bapelkes dalam Persiapan SDM untuk SIKDA

Anis Fuad, DEA menegaskan bahwa salah satu strategi peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) untuk pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah dengan pengangkatan pengelola menjadi fungsional pranata komputer sehingga tenaga pengelola tersebut merasa bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan Sistem Informasi Kesehatan Daerah itu adalah merupakan miliknya. Buka lagi berarti bahwa SIKDA itu hanya pekerjaan tambahan, melainkan SIKDA itu merupakan pekerjaan pokoknya karena mereka di berikan tunjangan untuk mengelola SIKDA.

Dan Djemingin Pamungkas, S.Pd, M.Kes menegaskan bahwa insentif itu penting bagi tenaga fungsional SIKDA supaya dapat memenuhi ekonomi karyawan, mempertahankan tenaga kerja yang ada sehingga menjadi kerasan bekerja dan mencegah untuk pindah.
Sedangkan dr. Dwi Handodo Sulistyo, M.Kes menegaskan bahwa :
Untuk mengelola SIKDA belum ada tenaga yang khusus dan tupoksi tentang penelola SIKDA belum jelas sehingga bagaimana Bapelkes akan melatih tenaga tersebut.
Bagaimana dapat melatih tenaga Sistem Informasi Kesehatan kalau Sistem Kesehatan Daerah belum ada.
Peran Bapelkes sangat kecil karena struk organisasinya hanya sebagai UPT dan berada di luar lingkungan Dinas Kesehatan.

Sesi III dimoderatori oleh Luthfan Lazuardi, PhD dengan pembicara sebagai berikut :
1. dr. Azsri Krisnamurti (Kepala Dinas Kesehatan Kab. Wonosoba)
Materi : Kesulitan dan Hambatan dalam tahap awal Pengembangan SIKDA.
2. dr. Sururi
Materi : Leadership dan Sustainability dalam SIKDA

dr. Azsri Krisnamurti mengaskan bahwa ada dua factor penghambat dalam pengembangan SIKDA, yaitu :
Non Teknis, yaitu berkaitan dengan proses lelang dengan system merit point, pasti dicurigai mengarah pada rekanan tertentu, adanya rekanan titipan, intervensi dan pengkondisian dari atasan.
Teknis.
SDM belum siap, struktur organisasi belum ada, budaya pegawai bahwa tidak menggunakan komputerpun jalan, maintenance mahal, dan faktor geografis.
Tetapi prinsip beliau adalah jangan sekali-kali mendengar kata orang lain yang mempunyai kecenderungan negative atau pesimis ….. karena mereka akan mengambil sebahagian besar mimpi kta dan menjauhkan dari kita.
Sedangkan dr. Sururi menegaskan bahwa langkah strategis dalam pemanfaatan teknologi informasi adalah komitmen, membangun organisasi pembelajar, pembagian peran dalam/ luar organisasi, koordinasi lintas fungsi/ sector, advokasi stakeholder, dan konsistensi.

TANGGAPAN SAYA TENTANG SEMUANYA :

Semestinya Pusdatin Depkes RI bertidak sebagai bank data Depkes dan memperbaiki manajemen SIK di lingkup pusat sehingga tidak lagi terjadi perlombaan pada tingkat direktorat untuk masing-masing membuat software kemudian dibebankan ke daerah, sehingga di daerah para pengelola program hanya mengurusi data saja. Bagaimana peningkatan derajat kesehatan ? Tugas Pusdatin mencegah sumber fragmentasi dari atas.
Pada awalnya saya salut rencana Pusdatin akan membangun jaringan antar direktorat, pusat dll di tingkat pusat serta antar provinsi sampai kabupaten, tetapi saya akhirnya menjadi khawatir jaringan nantinya akan menjadi nisan peninggalan proyek jika seandainya di lingkup Depkes pusat manajemen SIK nya belum tertata dengan baik.
Untuk Prof . dr. Hari Kusnanto, Dr.PH bahwa untuk mengembangkan SIKDA harus dimulai dengan perubahan mindset, tetapi perubahan itu tidak semudah dengan yang diucapkan, melainkan mungkin tenaga harus dibekali dengan pengetahuan teknis tentang teknologi informasi sebagai bekal untuk meyakinkan semua pihak bahwa bukan sebatas cerita teori saja, tetapi mampu memperlihatkan buktinya, termasuk mahasiswa SIMKES UGM.
Sedangkan untuk Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD tentang yang mana duluan SIKDA atau SKD. Menurut saya jika SIKDA dianggap sebagai support manajemen, maka jalankan dulu SIKDA kemudian susun regulasinya dalam bentuk SKD. Sebab untuk menyusun SKD tentu membutuhkan informasi, sedangkan jika tidak berdasarkan informasi lantas menyusun SKD, sama saja dengan mengarang SKD.
Dan untuk Anis Fuad, DEA tentang fungsional pranata komputer. Menurut saya memang bagus, namun kendalanya adalah fungsional tersebut adalah fungsional non kesehatan sehingga jika akan diusulkan harus mendapat persetujuan dari BPS, kemudian dilanjutkan ke Badan Kepegawaian Daerah. Contohnya di Sulsel sejak tahun 2004 diusulkan ke BPS, sampai sekarang tidak ada realisasinya.
Pak Djemingin mengatakan bahwa insentif dapat menigkatkan kinerja. Tetapi menurut saya dengan insentif memang baik, tetapi semakin memperburuk prilaku kita karena pasti akan terjadi penurunan kualitas kerja jika tidak ada insentif, artinya tidak merasa memiliki pekerjaan itu.
Sedangkan untuk Bapelkes sampai saat ini belum mempunyai strategi tepat untuk meningkatkan SDM dalam rangka pengembangan SIKDA, karena masih bingung yang mana akan dilatih dan siapa yang akan melatih.
Dan untuk dr. Azsri Krisnamurti dan dr. Sururi, bahwa kesulitan dan hambatan yang diutarakan itu dialami oleh semua unit kesehatan seluruh Indonesia. Namun saya sangat salut komitmennya untuk mengembangkan SIKDA dengan mengambil prinsip katak tuli. Selamat berjuang insya Allah berhasil.



Sudarianto...............................

Friday, March 09, 2007

Bagaimana Mengintegrasi Beberapa Software SIK yang Berbeda ?

Departemen Kesehatan saat ini mempunyai berbagai Sistem Informasi Kesehatan yang berkembang sejak lama, tetapi satu dengan lain tidak terintegrasi. Permasalahan yang dihadapi saat ini antara lain, Sistem informasi yang ada kebanyakan masih terfragmentasi, hal ini ditandai dengan adanya berbagai macam sistem informasi (produk pusat) yang digunakan di provinsi maupun kabupaten/ kota untuk masing-masing pada programnya saja.

Beberapa sistem seperti yang dimaksud di atas, antara lain :

1. Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS)

Sistem ini adalah produk Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI, yang dikelola oleh Puskesmas di seluruh Indonesia. Tetapi sistem ini sudah tidak banyak lagi puskesmas yang menggunakannya sampai saat sekarang. Melainkan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota masing-masing berusaha membangun sistem informasinya sendiri-sendiri, mungkin karena pengaruh perkembangan teknologi informasi.

2. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

Hampir semua rumah sakit di daerah membangun sistem informasinya sendiri (sistem komputerisasi dengan softwarenya masing-masing).

3. Sistem Surveilans Terpadu (SST)

Sistem ini adalah produk dari Dirjen P2PL Depkes RI. Cara kerjanya adalah dengan sistem manual secara terformat yang dituangkan dalam laporan.

4. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Sistem ini dikerjkan secara manual juga dan merupakan format dari pusat.

5. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan

a. Kepegawaian Kesehatan

Ada yang menamakan SIMKA dan adapula yang menamakan SIMPEG. Sistem ini rata-rata dibangun atas inisiatif daerah masing-masing dengan komputerisasi dan software.

b. Pendidikan Tenaga Kesehatan

Sedangkan sistem pencatatan tenaga kesehatan, masih rata-rata menggunakan sistem pencatatan manual.

6. Sistem informasi Obat

Sistem ini adalah produk dari Dirjen Farmasi Depkes Pusat, yang digunakan di Gudang Farmasi kabupaten/ kota dan provinsi.

7. Sistem Pencatatan Data Inventori Kesehatan

Sedangkan sistem ini adalah produk kerjasama antara Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI (komputerisasi dan software).

Keseluruhan sistem informasi di atas mempunyai kecenderungan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan cara dan format pelaporan sendiri. Sebagai akibatnya unit operasional yang melaporkan menjadi terbebani dan akibatnya data yang dikirimkan selalu terlambat, kurang akurat, dan sulit pengumpulannya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, dapatkah dibuat satu software yang dapat mengintegrasikan dari beberapa sub sistem di atas walaupun software dan strukturnya berbeda ?

Saran saya :

1. Mungkin Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI perlu membuat satu software yang dapat mengintegrasikan dari beberapa sistem informasi kesehatan tersebut.

2. Ataukah semua software produk pusat yang dioperasikan di daerah sampai puskesmas dicabut, kemudian dibiarkan kabupaten/ kota mengembangkan software sendiri ? Kemudian Pusat dan provinsi menyusun standarisasi struktur database yang bisa menjadi rujukan kabupaten/ kota.

3. Ataukah Depkes membangun satu sistem informasi kesehatan secara terpadu secara keseluruhan, terintegrasi, komputerisasi, dan database individu.

4. Ataukah ..............................

Thursday, March 01, 2007

Kenapa SIK banyak yang macet ?

Penerapan Sistem Informasi Kesehatan ada beberapa yang gagal/ macet setelah dioperasikan, belum apa-apa sudah macet. Kenapa macet ?
Saya dapat mereka-reka penyebab beberapa sistem informasi di jajaran kesehatan macet setelah mengikuti Seminar Sehari Manajemen Proyek Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang diselenggarakan oleh pengelola konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan (Prodi IKM) Fakultas Kedokeran UGM Yogyakarta pada tanggal 28 Pebruari 2007 di R. 302 Gedung IKM Lt.3 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada seminar itu nara sumber banyak membahas tentang manajemen proyek tentang teknologi informasi.

Kenapa yang banyak dibahas hanya proyek teknologi informasi ? Sedangkan komponen Sistem Informasi Kesehatan itu bukan hanya teknologi informasi saja, tetapi termasuk juga organisasi dan manajemen (materi kuliah di konsentrasi SIMKES UGM Yogyakarta). Kenapa tidak ada tentang proyek yang berkaitan dengan organisasi dan manajemen?

Sehubungan dengan hal di atas dan kasus di daerah tentang kasus macetnya beberapa sistem informasi mungkin diakibatkan karena rata-rata yang diproyekkan hanyalah teknologi informasi termasuk di dalamnya training tenaga operasioal. Akhirnya sistem itu hanya menjadi milik proyek dan tenaga yang pernah dilatih. Bagaimana dengan seluruh tenaga, birokrasi dan desentralisasi, tata hubungan kerja, lintas sektor, unit swasta, dan lain-lain ?

Saran :
Dalam menata Sistem Informasi Kesehatan (SIK), selain membangun teknologi informasi, komponen organisasi dan manajemen perlu mendapat perhatian khusus, karena teknologi informasi tanpa keterkaitan dengan kedua komponen lainnya, maka sistem yang telah dibangun itu lambat laun akan mogok.

Demikian saya tulis, jika ada benarnya itu semua karena dari Allah, tetapi jika salah, itu semata karena saya. Semoga tulisan ringkas ini ada manfaatnya bagi orang banyak.

Wassalam


Sudarianto

Tuesday, January 23, 2007

Membuat Struktur Database dengan Fox Base

A. Membuka Fox

Klik START

All programs

Klik Assesories dan pilih Command Prompt, akan tampil seperti ini :

Gambar 1 :







Setelah diklik Command Prompt akan tampil seperti ini :

Gambar 2 :







Cara membuka program fox :

Cara I :

  1. Ketik cd\data ENTER (misalnya jika folder kerja adalah data).
  2. Ketik path c:\fox ENTER
  3. Ketik fox ENTER, maka tampil layar seperti berikut :

Gambar 3 :







Cara II :

Dengan membuat satu hurup saja kemudian di ENTER akan langsung menuju ke FOX (misalnya pakai hurup A). Proses ini dilakukan pada gambar 1 diketik seperti berikut :

Copy con A.bat ENTER

Cd\Data(misal) (data ini adalah folder kerja)

Path C:\fox

Fox ENTER

Tekan F6 (CtrZ) ENTER

Ketik A ENTER

Maka akan muncul tanda A.bat, sehingga untuk membuka fox cukup hanya dengan mengklik tanda 2 kali, maka akan muncul seperti pada gambar 3 di atas.


B. B. Membuat Struktur

1. Untuk membangun / menyusun struktur database

a. STRUKTUR IDENTITAS PASIEN (misal)

Maka untuk membuat struktur data pasien, langkahnya adalah mengetik Create PASIEN, maka akan muncul seperti berikut :

Gambar 4

1)






Pada kolom field nama diisi dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan, misalkan KDPUS, NOID, NOFF, NAMA, TGLAHIR, ALAMAT, ID2005, SEX, KDKERJA, KDSEKOLAH, STATUS, KDKARTU dan seterusnya (sesuai kebuthan).

2) Kolom type diketik C (jika sifatnya tidak perlu untuk dijumlah) dan diketik N (jika sifatnya angka yang akan dijumlah).

3) Kolom width diisi dengan angka (perkiraan panjang kata/ angka), misalnya 10, 2 dll.

4) Kolom dec diisi angka jika mau (angka dibelakang koma) à boleh diisi/ tidak.

5) Setelah selesai membuat, klik Ctr W (simpan).

6) Dan jika akan membuka struktur pasien tersebut, hanya dengan mengetik use pasien, enter maka akan tampil seperti berikut :

Gambar 5







b. DATA PENYAKIT/ KJHARPUS/ AGAMA (apa saja yang kita inginkan), prosesnya sama dengan di atas.

c. Dst.

2. Contoh membuat struktur database (dibuat pada fox)

a. Ketik create pasien

b.Tekan y

c. Contoh ketik :

1. KDPUSK ENTER C ENTER ISI 9 ENTER

2. NAMA ENTER C ENTER ISI 30 ENTER

3. TGLAHIR ENTER D ENTER

4. ALAMAT ENTER C ENTER ISI 30 ENTER

5. ID2000 ENTER C ENTER ISI 10 ENTER

6. SEX ENTER C ENTER ISI 1 ENTER

7. KDKERJA ENTER C ENTER ISI 2 ENTER

8. KDSEKOLAH ENTER C ENTER ISI 3 ENTER

9. STATUS ENTER C ENTER ISI 1 ENTER

10.KDAGAMA ENTER C ENTER ISI 1 ENTER

11.TELPON ENTER C ENTER ISI 12 ENTER

d.Simpan struktur data base dengan tekan Ctr W, Enter, tekan Y jika mau langsung mengisi data, dan tekan N jika hanya mau menyimpan struktur saja.

3. Untuk menambah/ modifikasi struktur

Buka struktur yang mau ditambah/ dirobah dengan mengetik use (struktur yang mau dirobah).

a. Mau merobah struktur pasien (misal)

1) Use pasien ENTER

2) Ketik Modify structure ENTER, maka akan muncul struktur pasien, seperti ini;

Gambar 6






3) Silahkan dirobah sesuai dengan keinginannya :

4) Jika ingin menambah baris pada struktur Ctr N ENTER

5) Jika menghapus struktur Ctr U ENTER

6) Ctr W (simpan) ENTER

7) Begitulah selanjutnya, misalnya KJHARPUS, maka use kjharpus --> dir --> modify struktur, dst.

8) Tetapi khusus struktur yang ada pada folder data, tidak diperbolehkan untuk merobah tanpa komando dari provinsi karena struktur tersebut seragam se Sulawesi Selatan. Kecuali struktur lain yang dibuat sendiri dan mau dirobah sendiri pula.

b. Begitupun untuk merobah struktur lain.

4. Cara Membuka Struktur

Dir adalah untuk melihat seluruh struktur yang ada pada folder kerja, misalnya :

Ketik Dir ENTER, maka akan tampil seperti berikut :

Gambar 7







Use adalah perintah untuk membuka satu persatu dari struktur yang tampil di layar di atas, misalnya use pasien, use kjharpus dan stuktur pasien lainnya yang sudah dibuat.

Friday, January 12, 2007

Seminar Proposal Singkat

Tanggal 8 Januari 2007 tiba kembali di Kota Yagya dengan tujuan mengikuti perkuliahan lanjutan semester I . Hari itu belajar Metodologi Penelitian yang dibawakan oleh Pak Anis Fuad, inti pembahasan adalah judul proposal (tugas). Sebenarnya tugas metode penelitian dengan membuat proposal itu diberikan sebelum libur, tetapi karena tugas itu adalah tugas kelompok maka biasa ........, saling mengharap untuk penyelesaiannya. Alhasil ketemu dengan anggota kelompok pada tanggal 8 Januari 2007, sedagkan presentase dilaksanakan pada tanggal 11 januari 2006. Untung proposal itu dalam waktu 3 hari bisa diselesaikanoleh kelompo kami. Memang baik metode ini karena secara tidak langsung kita latihan menyusun sekaligus presentasi proposal. Tetapi yang lebih baik lagi untuk angkatan berikutnya tugas proposal di mata kuliah metodologi penelitian menjadi tugas perorangan, sehingga yang dipresentasikan itu menjadi proposal betulan.




Tuesday, January 02, 2007

Jaringan Online Belum Menjamin Pengumpulan Data Tepat Waktu




Penyataan ini saya utarakan berdasarkan pengalaman yang dapat saya lihat di Sulawesi Selatan mulai tahun 2002 sampai 2006, bahwa di Sulsel sudah pernah beberapa Kab./ Kota membangun sistem jaringan on line dari puskesmas ke Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, bahkan sampai ke Dinas Kesehatan Provinsi. Saya masih meragukan sistem jaringan on line bisa mengatasii permasalahan keterlambatan waktu pengumpulan data saat sekarang ini. Tapi yang ada di benak sebagian pimpinan di jajaran kesehatan adalah dengan terbangunnya sistem jaringan on line, otomatis pengumpulan data kesehatan akan mejadi tepat waktu.

Fakta

Pertama :
Pada tahun 2002, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menunjuk Dinas Kesehatan Kab. Barru sebagai uji coba pembangunan sistem jaringan on line melaui proyek Peningkatan Upaya Kesehatan. Pembangunan jarigan on line dari 3 puskesmas di Kab. Barru on line ke Dinas Kesehatan Kab. Barru dan bahkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Pada saat itu, jaringan memang terbangun dengan bukti bahwa apa yang dientry di puskesmas Kab. Barru akan dapat dilihat di Dinas Kesehatan Kab. Barru, bahkan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Tetapi sayangnya sistem jaringan tersebut tidak bertahan lama karena soft ware yang digunakan adalah data rekap yang dientry masuk, sehingga membuat petugas bekerja untuk mengolah data kemudian mengentry ke soft ware, dan mungkin karena proyek selesai maka dianggap pekerjaan juga sudah selesai, sehingga sistem itu juga selesai sampai disitu.

Kedua :
Pada tahun 2004 di Kota Parepare dengan APBD, 6 puskesmas yang ada di Kota Parepare link pada jam yang telah disepakati tiap hari dengan Dinas Kesehatan Kota Parepare. Setiap puskesmas dilengkapi masing-masing 6 komputer. Sistem jarigan ini diresmikan langsung oleh Dirjen Binkesmas RI. Tapi sayangnya karena jaringan ini hanya dilengkapi dengan soft ware yang akan dientry dengan data hasil rekap, sehingga pengelola data puskesmas akan bekerja 2 kali. Dan yang paling disayangkan karena ketika Kepala Dinas Kesehatan yang mempunyai ide ini pindah tugas, maka sistem itu juga ikut layu dan komputer tinggal digunakan untuk mengetik dan main game.

Ketiga :
Pada akhir tahun 2005 yang lalu oleh Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI menyerahkan bantuan ke Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu berupa 1 unit server dan 10 unit komputer PC yang dilengkapi dengan pemasangan jaringan LAN dihubungkan ke ruangan Sub Dinas lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel dan berpusat di ruang sekretariat data. Namun komputer yang di setiap Sub Dinas ini dikelola oleh masig-masing 4 orang per Subdin selaku anggota tim POKJA Data dan Informasi, tetapi untuk mendapatkan data yang terkini, tepat waktu, dan akurat belum juga tercapai. Hal ini disebabkan karena data yang dientry di setiap Subdin adalah data rekapan program dari kabupaten/ kota yang juga terlambat datangnya.

Sedangkan permasalahan pengumpulan data untuk menghasilkan informasi adalah data selalu terlambat 1 tahun dan diragukan keakuratannya.

Menurut sebagian orang, bahwa sistem jaringan akan menyelesaikan permasalahan keterlambatan arus data, tidak terbukti dengan menghubungkan kasus di atas.

Termasuk Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI, mengalokasikan anggaran 83 M untuk membangun jaringan on line sampai ke kabupaten/ kota ditambah denga soft ware yang pengimputannya akan dilakukan di kabupaten/ kota mulai pada TA 2007 guna mengatasi permasalahan arus keterlambatan data dan informasi kesehatan. Betulkah dapat menyelesaikan permasalahan ?

Menurut saya :

Sistem jaringan on line belum dapat menyelesaikan permasalahan keterlambatan dan keakuratan data saat ini, karena data yang akan mengisi, melewati, atau dimuat pada sistem jaringan on line ini yang memang sangat minim di daerah. Semestinya yang paling perlu dibenahi terlebih dahulu sebelum membangun jaringan on line adalah sistem pencatatan/ perekaman data individu di tingkat paling bawah, yaitu puskesmas, kemudian membangun jaringan on line.

Kita harus pahami bahwa data memang sangat minim yang dapat dikumpulkan di daerah. Olehnya itu seandainya saja Pusdatin itu mengalokasikan dananya untuk pengadaan soft ware data base yang penginputannya secara individu dan dilakukan di puskesmas. Bagi puskesmas yang tidak terjankau on line, maka datanya dikirim melalui puskesmas terdekat yang on line, jika tidak ada juga baru langsung ke kabupaten/ kota dengan fasilitas disket/ CD, kemudian pengelola data kab/ kota lah yang akan menggabung.

Tetapi jika seandainya dana cukup, maka ada 3 hal yang perlu ditata untuk meningkatkan kualitas data dan informasi, yaitu :
1. Membangun data base individu
2. Membangun jaringan on line
3. Mebangun SDM mlai dari atas ke awah

Semoga apa yang saya tulis ini dapat menjadi bahan masukan bagi yang berkompeten untuk meningkatkan kualitas data dan informasi kesehatan ke depan.

From


Sudarianto.





Sarasehan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Kab. Maros Sulsel

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Maros mengadakan Sarasehan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan bertempat di Aula KIPP Pertanian Maros, Jumat (29 Desember 2006).
Dihadiri Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Maros, Kepala Dinkes Kab. Maros (dr Minhadjuddin, M.Kes), Kepala Sub Dinas, Kepala Seksi, Kepala Puskesmas, dan beberapa staf Dinkes/ puskesmas lingkup Dinas Kesehatan Kab. Maros, dan lintas sektor yang terkait.
Sarasehan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Kab. Maros dilaksanakan dengan sumber biaya dari proyek DHS 2 dan dana pendamping dari APBD Kab. Maros TA 2006.
Ada tiga pembicara pada sarasehan itu, antara lain :
1. Saya (selaku wakil dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan) dengan materi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Kabupaten.
2. Hari Purwanto, SKM, M.Sc, M,Si (Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Data dan Informasi Kesehatan Depkes RI), membawakan materi Arah dan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
3. Hasbullah, SKM, M.Kes (selaku wakil dari Proyek DHS 2 Provinsi Sulsel) membawakan materi Pandangan umum pelaksanaan proyek DHS 2.

Penjelasan ringkas khusus materi yang saya bawakan :
Strategi pengembangan Sistem Informas Kesehatan Nasional (SIKNAS) dalam Kepmenkes No 551 Tahun 2002 adalah fasilitasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA), dimana komponen SIKDA kabupaten/ kota yang terdepan adalah berada pada puskesmas.
Masalah Pengelolaan Data Puskesmas :
Internal
• Kuantitas & Kualitas tenaga pengelola data terbatas
• Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pengolahan data terbatas
• Redudansi data : pencatatan data dilakukan berulang-ulang (Jumlah data sangat besar)
• Unintegrated data : Penyimpanan data yang belum terpusat (mengakibatkan data tidak sinkron), Informasi pada masing-masing bagian memiliki asumsi yang berbeda-beda.
External
• Globalisasi menjadi pemicu perubahan dan tantangan saat ini,
• Perkembangan teknologi & telekomunikasi informasi membentuk suatu dunia baru tanpa batas
Berdasarkan data & informasi dari hasil kajian (Kab.Bantaeng & Kota Palopo) diperoleh gambaran tentang kendala-kendala yang berhubungan dengan tidak tercapainya SIK dalam mensuplai permintaan data, a.l sbb:
Kendala Organisasi

- Belum ada struktur/alur/mekanisme pengelolaan data dan informasi kesehatan di puskesmas, sehingga tata hubungan kerja, tugas & tanggung jawab dalam pelaksanaan sehari-hari masih dilakukan pada masing-masing orang.
- Tenaga khusus pengelola data (tenaga SIK) belum ada. Siapa (who) yang bertanggung jawab sebagai pengelola data di puskesmas belum ada, sehingga sebagian besar tenaga yang ada di puskesmas selain menjalankan profesinya juga ada yang menjadi tenaga pengelola data (melakukan tugas rangkap).
Kendala Manajemen
Pengelolaan data terfragmentasi. Manajemen data belum terorganisir dengan baik. Banyaknya jenis data yg harus dicatat hanya utk menjawab kebutuhan data & informasi msg-msg program (ada yg overlapping), sementara dari setiap jenis data tsb mempunyai jumlah variabel data yg banyak juga utk dicatat/direkam akibatnya penyampaian data & informasi (pelaporan) menjadi terlambat.
Dari hasil inventarisasi pada masing-masing unit menunjukkan bahwa dalam melakukan pencatatan/perekaman data banyak variabel data yang sama sehingga pencatatannya senantiasa berulang (duplikasi), hal ini membuat tidak efisien dari sisi waktu untuk ketepatan penyajian data.
Kendala Teknologi
• Belum semua puskesmas terjangkau jaringan telepon
• Terbatasnya puskesmas yg memiliki perangkat keras & lunak
• Belum tersedia software yang memiliki struktur database yang baku (untuk mengurangi duplikasi perekaman data)
• Penguasaan Teknologi Informasi (IT) yang masih rendah
Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
• Membangun komitmen internal jajaran kesehatan dalam rangk menata Sistem Informasi Kesehatan.
• Advokasi dalam rangka menggalang dukungan politik dan kebijakan
• Meningkatkan potensi sumber daya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan yang harus dikembangkan :
• Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan melekat pada penyelenggaraan manajemen kesehatan.
• Mereview dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada.
• Memanfaatkan dan meningkatkan potensi sumber daya yang ada
• Memanfaatkan perkembangan teknologidengan mempertimbangkan tingkat kesulitan danpotensi sumber daya yang tersedia.
• Menerapkan satu pintu informasi kesehatan
Tahapan Penyusunan Kerangka Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Prov. Sulsel yang dapat dikembangkan oleh Kab. Maros, antara lain :
1. Penentuan daerah uji coba
2. Pertemuan awal penyusunan kerangka SIK
3. Pelaksanaan need assesment pada daerah uji coba
4. Work shop hasil need assesment
5. Pelatihan SIK Puskesmas (database individu)
6. Implementasi SIK pada daerah uji coba (hardware, software dan jaringan)
7. Evaluasi
Kemudian yang terpenting adalah mengembangkan program provinsi untuk pencatatan/ perekaman data individu di puskesmas (masih sebatas data kunjungan pasien). Sekarang tanggung jawab Kab. Maros untuk mengintegrasikan semua program dasar yang ada di puskesmas.
From

Sudarianto